#Sebongkah Kisah Mama
20 Januari 1974,
Dear diarykoe,,,
Hari ini aku kesal sekali dengan laki-laki yang
dijodohkan dengan aku. Ibu tetap bersikeras menjodohkan aku dengan laki-laki itu
namanya Sanusi. Padahal aku tidak suka dengannya. Tau tidak, hari ini aku
diajak Sanusi “dinner” ya .. seperti biasa setiap malam minggu dia memang suka “apel” ke rumah. Ibu begitu sangat
senang jika aku kencan dengan Sanusi apalagi tiap malam minggu Sanusi suka cari
perhatian dengan membawakan buah tangan untuk ibu.
Malam ini Sanusi benar-benar menyebalkan, memang
menyebalkan semenjak aku kencan dengannya aku selalu diminta untuk menghafal 5
kosakata Bahasa Inggris ya dalam bahasa inggrisnya “Vocabulary”. Dan malam ini adalah hari kelima serta
hafalan yang ke-25 untuk disetorkan pada Sanusi. Membosankan
…
Seperti biasa pula Sanusi hendak mengajakku
“dinner” di sebuah restoran luar, kali ini restoran khas makanan Italia. Sanusi
selalu mengajarkan hal-hal yang berbau kebarat-baratan sedangkan aku ini orang
Indonesia dan aku nggak suka makanan seperti itu. Dia pikir aku bisa
beradaptasi dengan gaya khas Barat supaya nanti kelak kita menikah dia bisa
mengajakku untuk tinggal di luar negeri. Ya, Sanusi kan pelayar hebat dia bisa
saja mengajakku kemana saja yang dia mau. Tapi aku jenuh dengan semua ini …
***
Akhirnya aku
menemukan diary mama berwarna pink dan dikerumuni butiran debu sehingga berubah
menjadi coklat yang selama ini tersimpan di dalam gudang kecil di ujung rumah
kami. Kotor dan begitu usang, tulisannya pun sulit untuk terbaca lagi. Namun
aku ingin tahu semua hal masa lalu seorang “Mama” sehingga bisa menjadi Mama
yang tangguh dan perkasa …
27 Januari 1974,
Ya ampun, aku tidak menyangka, baru beberapa hari bekerja di Rumah Sakit ini ada saja dokter yang selalu galak dengankoe dan selalu mengaturkoe pada waktu jam kerja. Lebih tak menyangka lagi dokter yang selama ini aku
benci ternyata dia dengan lugas menyatakan cintanya padaku di dalam sepucuk
surat dan bunga mawar yang begitu indah. Aaaaiihhh ... sungguh romantis!!! Namun, aku sungguh bingung
dengan sikapnya sekarang karena tempo lalu dia sempat marah besar denganku karena akoe
terlalu dekat dengan pasien-pasien sehingga setiap pasien laki-laki selalu
ingin dirawat denganku. Menurutku itu wajar
kok karena tugas perawat adalah merawat pasien yang sakit. Tapi dr. Wibowo si ganteng kasar itu malah
memarahi aku habis-habisan di depan pasien-pasien. Katanya aku perempuan
agresif, selalu menggoda pasien laki-laki dengan mudah. Tentu saja aku marah karena
dia telah melecehkanku, dia tidak sadar berkata seperti itu di depan
orang banyak. Aku sempat ingin keluar dari Rumah Sakit yang telah memberikankoe
pekerjaan ini. Namun aku tidak mau ibu sampai tahu alasanku keluar dari Rumah
Sakit ini dan aku harus tetap bertahan disini demi ibu.
Namun ketika dr. Wibowo menyatakan cintanya
untukkoe, di dalam suratnya dia meminta maaf atas semua ulah yang
pernah dilakukannya. Aku begitu bingung karena bagaimana dengan Sanusi yang
telah lama menjadi pacarku. Tapi jujur aku lebih memilih dr. Wibowo walaupun
dia angkuh, sombong, kasar, pelit dan dia lebih memikat hatiku dibanding
Sanusi.
***
Begitu ironis,
ternyata sewaktu masih muda mama begitu banyak yang menyayangi dan orang-orang
terutama kaum pria malah berebut menantikan mama menjadi pendamping hidupnya
kelak. Pantas saja, mama selalu memberikan petuah terutama soal ”cowok”.
Manusia yang berharta banyak belum tentu memiliki banyak harta dalam hatinya
karena kesetiaan seorang Adam bisa diukur dan dilihat dari tatapan mata dengan
ketulusan hatinya bukan tindakan yang hanya memuaskan si pendamping seakan-akan
itu hanya perbuatan belaka yang bernuansa kebohongan semata.
Masih banyak
waktu luang untukku melanjutkan kisah mama yang begitu tergambar dalam buku
kecil yang telah usang dan penuh kenangan khusus bagi mama. Untung saja, mama
tak pernah mengetahui apa yang telah dilakukan anaknya dengan membaca setiap
peristiwa tempo dulu yang selama ini ia simpan bertahun-tahun. Mungkin selama
ini mama enggan untuk bercerita padaku karena kenangan yang ia miliki hanyalah
tinggal kenangan, namun aku memberanikan diri untuk membuka memori sejarah yang
telah usang
ini. Mari kita lanjutkan …. !!
01 Februari
1974,
Diary, hari ini
adalah hari yang menyenangkan karena aku sekarang sudah memiliki penghasilan pertama. Horeeeeeyy
“Gaji pertama”,,, sungguh tak terkira rasanya kebahagiaan ini. Aku berikan untuk
siapa ya? Ibuku pasti senang aku belikan “batik Solo” atau kebaya? Semoga
gajiku pertama ini dengan nominal Rp.4000,00 ini akan cukup untuk memberikan
hadiah untuk ibukku. Namun, nasibku
kali ini memang mujur sekali,,, hari ini aku diajak kencan oleh Dr. Wibowo, dia datang ke rumahku dengan membawa
seikat bunga dengan kart ucapan berwarna pink yang
bertuliskan.
“ Kuberikan seikat bunga untukmu
namun takkan cukup untuk menerangkan rasa ini kepadamu. Butuh seribu bahkan
satu juta ikat bunga yang sanggup memberikan gambaran perasaan ini terhadap
seseorang yang patut dan pantas ada dihatiku ... “
Kembali menyejukkan jiwa, dengan keromantisan hati Dr. Wibowo membuatku
terpikat dan berbunga-bunga setiap aku berada didekatnya. Namun, terkadang ketika berada di
dekatku malah pertengkaran-pertengkaran kecil selalu ada padahal dia bermaksud
ingin membuatku tertawa namun sebaliknya aku selalu menghujatnya sehingga masalah kecil bisa menjadi sebesar gemparan
kilat yang memecahkan gunung-gunung. Sangat menyedihkan ... tapi aku selalu yakin
setiap masalah yang kami lalui pasti kami hadang dengan ikatan cinta kita.
Walau aku masih ragu karena akoe telah menduakan cintaku pada dr. Wibowo dengan Sanusi pilihan ibuku. dr. Wibowo sangat
mengetahui keadaankoe, bahwa selama ini Sanusi yang menjadi pengganjal hubungan
kami. Untuk itu, dr. Wibowo selalu memahami situasi ini dan itulah yang membuatku kagum padanya.
Dia tak pernah ragu dengan kepercayaan dan ketulusan cintaku padanya.
Hari itu, aku berhias secantik mungkin dan memberikan kekaguman untuk
Sang Pujaan Hatiku dr. Wibowo. Sore itu, aku diajak untuk berbelanja kebutuhan rumahku dan membelikan
sesuatu untuk ibu. Akhirnya, uangku tak terpakai karena semua barang-barang beserta kado
yang akan aku berikan pada ibuku justru memakai uang dr.Wibowo. Aku begitu malu, dia begitu baik padaku dan membuatku sangat tak
mengenal kepribadian dia yang begitu angkuh, sombong, pelit dan kasar.
Berbanding terbalik, justru dia sangat berbeda dengan dr. Wibowo yang aku kenal dulu. Angka pada jam tanganku sudah menunjukkan waktu malam dan akhirnya dr.
Wibowo kembali mengajakku “dinner” di
suatu tempat. Kali ini berbeda dengan Sanusi yang selalu mengajakku ke restoran
mahal ala “Barat”, Wibowo malah mengajakku ke tempat restoran kecil seperti
saung dengan makanan khas “Sunda”. Mungkin dia paham kalau aku lebih suka makan
makanan khas Sunda ketimbang makanan yang lain. Saung itu dikelilingi oleh
lilin-lilin kecil dengan bunga yang mewarnai seisi ruangan. Huuuuh ... romansa yang tak terlewatkan, sepertinya malam ini aku akan sulit tidur dan terbangun memikirkan malam
ini yang begitu penuh kenangan. Dengan alunan lagu nan merdu, tiba-tiba dr.Wibowo
mengangkat jari-jemariku dan mencium tanganku dan memasukkan benda kecil yang
bersinar penuh arti. Benda itu adalah cincin berlian yang sangat mewah dan
elegan, membuatku tersungkur lemah tak berdaya melihatnya. Ini benar-benar
membuatku sangat bahagia malam ini, dr. Wibowo melamarku!!!
***