Sabtu, 21 April 2012

Story 1


#Sebongkah Kisah Mama

20 Januari 1974,
Dear diarykoe,,,
Hari ini aku kesal sekali dengan laki-laki yang dijodohkan dengan aku. Ibu tetap bersikeras menjodohkan aku dengan laki-laki itu namanya Sanusi. Padahal aku tidak suka dengannya. Tau tidak, hari ini aku diajak Sanusi “dinner” ya .. seperti biasa setiap malam minggu dia memang suka “apel” ke rumah. Ibu begitu sangat senang jika aku kencan dengan Sanusi apalagi tiap malam minggu Sanusi suka cari perhatian dengan membawakan buah tangan untuk ibu.
Malam ini Sanusi benar-benar menyebalkan, memang menyebalkan semenjak aku kencan dengannya aku selalu diminta untuk menghafal 5 kosakata Bahasa Inggris ya dalam bahasa inggrisnya “Vocabulary”. Dan malam ini adalah hari kelima serta hafalan yang ke-25 untuk disetorkan pada Sanusi. Membosankan …
Seperti biasa pula Sanusi hendak mengajakku “dinner” di sebuah restoran luar, kali ini restoran khas makanan Italia. Sanusi selalu mengajarkan hal-hal yang berbau kebarat-baratan sedangkan aku ini orang Indonesia dan aku nggak suka makanan seperti itu. Dia pikir aku bisa beradaptasi dengan gaya khas Barat supaya nanti kelak kita menikah dia bisa mengajakku untuk tinggal di luar negeri. Ya, Sanusi kan pelayar hebat dia bisa saja mengajakku kemana saja yang dia mau. Tapi aku jenuh dengan semua ini …
***
Akhirnya aku menemukan diary mama berwarna pink dan dikerumuni butiran debu sehingga berubah menjadi coklat yang selama ini tersimpan di dalam gudang kecil di ujung rumah kami. Kotor dan begitu usang, tulisannya pun sulit untuk terbaca lagi. Namun aku ingin tahu semua hal masa lalu seorang “Mama” sehingga bisa menjadi Mama yang tangguh dan perkasa …


27 Januari 1974,
Ya ampun, aku tidak menyangka, baru beberapa hari bekerja di Rumah Sakit ini ada saja dokter yang selalu galak dengankoe dan selalu mengaturkoe pada waktu jam kerja. Lebih tak menyangka lagi dokter yang selama ini aku benci ternyata dia dengan lugas menyatakan cintanya padaku di dalam sepucuk surat dan bunga mawar yang begitu indah. Aaaaiihhh ... sungguh romantis!!! Namun, aku sungguh bingung dengan sikapnya sekarang karena tempo lalu dia sempat marah besar denganku karena akoe terlalu dekat dengan pasien-pasien sehingga setiap pasien laki-laki selalu ingin dirawat denganku. Menurutku itu wajar kok karena tugas perawat adalah merawat pasien yang sakit. Tapi dr. Wibowo si ganteng kasar itu malah memarahi aku habis-habisan di depan pasien-pasien. Katanya aku perempuan agresif, selalu menggoda pasien laki-laki dengan mudah. Tentu saja aku marah karena dia telah melecehkanku, dia tidak sadar berkata seperti itu di depan orang banyak. Aku sempat ingin keluar dari Rumah Sakit yang telah memberikankoe pekerjaan ini. Namun aku tidak mau ibu sampai tahu alasanku keluar dari Rumah Sakit ini dan aku harus tetap bertahan disini demi ibu.
Namun ketika dr. Wibowo menyatakan cintanya untukkoe, di dalam suratnya dia meminta maaf atas semua ulah yang pernah dilakukannya. Aku begitu bingung karena bagaimana dengan Sanusi yang telah lama menjadi pacarku. Tapi jujur aku lebih memilih dr. Wibowo walaupun dia angkuh, sombong, kasar, pelit dan dia lebih memikat hatiku dibanding Sanusi.
***
Begitu ironis, ternyata sewaktu masih muda mama begitu banyak yang menyayangi dan orang-orang terutama kaum pria malah berebut menantikan mama menjadi pendamping hidupnya kelak. Pantas saja, mama selalu memberikan petuah terutama soal ”cowok”. Manusia yang berharta banyak belum tentu memiliki banyak harta dalam hatinya karena kesetiaan seorang Adam bisa diukur dan dilihat dari tatapan mata dengan ketulusan hatinya bukan tindakan yang hanya memuaskan si pendamping seakan-akan itu hanya perbuatan belaka yang bernuansa kebohongan semata.
Masih banyak waktu luang untukku melanjutkan kisah mama yang begitu tergambar dalam buku kecil yang telah usang dan penuh kenangan khusus bagi mama. Untung saja, mama tak pernah mengetahui apa yang telah dilakukan anaknya dengan membaca setiap peristiwa tempo dulu yang selama ini ia simpan bertahun-tahun. Mungkin selama ini mama enggan untuk bercerita padaku karena kenangan yang ia miliki hanyalah tinggal kenangan, namun aku memberanikan diri untuk membuka memori sejarah yang telah usang ini. Mari kita lanjutkan …. !!

01 Februari 1974,
Diary, hari ini adalah hari yang menyenangkan karena aku sekarang sudah memiliki penghasilan pertama. Horeeeeeyy “Gaji pertama”,,, sungguh tak terkira rasanya kebahagiaan ini. Aku berikan untuk siapa ya? Ibuku pasti senang aku belikan “batik Solo” atau kebaya? Semoga gajiku pertama ini dengan nominal Rp.4000,00 ini akan cukup untuk memberikan hadiah untuk ibukku. Namun, nasibku kali ini memang mujur sekali,,, hari ini aku diajak kencan oleh Dr. Wibowo, dia datang ke rumahku dengan membawa seikat bunga dengan kart ucapan berwarna pink yang bertuliskan.
“ Kuberikan seikat bunga untukmu namun takkan cukup untuk menerangkan rasa ini kepadamu. Butuh seribu bahkan satu juta ikat bunga yang sanggup memberikan gambaran perasaan ini terhadap seseorang yang patut dan pantas ada dihatiku ... “
 Kembali menyejukkan jiwa, dengan keromantisan hati Dr. Wibowo membuatku terpikat dan berbunga-bunga setiap aku berada didekatnya. Namun, terkadang ketika berada di dekatku malah pertengkaran-pertengkaran kecil selalu ada padahal dia bermaksud ingin membuatku tertawa namun sebaliknya aku selalu menghujatnya sehingga masalah kecil bisa menjadi sebesar gemparan kilat yang memecahkan gunung-gunung. Sangat menyedihkan ... tapi aku selalu yakin setiap masalah yang kami lalui pasti kami hadang dengan ikatan cinta kita. Walau aku masih ragu karena akoe telah menduakan cintaku pada dr. Wibowo dengan Sanusi pilihan ibuku. dr. Wibowo sangat mengetahui keadaankoe, bahwa selama ini Sanusi yang menjadi pengganjal hubungan kami. Untuk itu, dr. Wibowo selalu memahami situasi ini dan itulah yang membuatku kagum padanya. Dia tak pernah ragu dengan kepercayaan dan ketulusan cintaku padanya.
Hari itu, aku berhias secantik mungkin dan memberikan kekaguman untuk Sang Pujaan Hatiku dr. Wibowo. Sore itu, aku diajak untuk berbelanja kebutuhan rumahku dan membelikan sesuatu untuk ibu. Akhirnya, uangku tak terpakai karena semua barang-barang beserta kado yang akan aku berikan pada ibuku justru memakai uang dr.Wibowo. Aku begitu malu, dia begitu baik padaku dan membuatku sangat tak mengenal kepribadian dia yang begitu angkuh, sombong, pelit dan kasar. Berbanding terbalik, justru dia sangat berbeda dengan dr. Wibowo yang aku kenal dulu. Angka pada jam tanganku sudah menunjukkan waktu malam dan akhirnya dr. Wibowo kembali mengajakku “dinner” di suatu tempat. Kali ini berbeda dengan Sanusi yang selalu mengajakku ke restoran mahal ala “Barat”, Wibowo malah mengajakku ke tempat restoran kecil seperti saung dengan makanan khas “Sunda”. Mungkin dia paham kalau aku lebih suka makan makanan khas Sunda ketimbang makanan yang lain. Saung itu dikelilingi oleh lilin-lilin kecil dengan bunga yang mewarnai seisi ruangan. Huuuuh ... romansa yang tak terlewatkan, sepertinya malam ini aku akan sulit tidur dan terbangun memikirkan malam ini yang begitu penuh kenangan. Dengan alunan lagu nan merdu, tiba-tiba dr.Wibowo mengangkat jari-jemariku dan mencium tanganku dan memasukkan benda kecil yang bersinar penuh arti. Benda itu adalah cincin berlian yang sangat mewah dan elegan, membuatku tersungkur lemah tak berdaya melihatnya. Ini benar-benar membuatku sangat bahagia malam ini, dr. Wibowo melamarku!!!
***