Selasa, 23 April 2013

Berikan Aku Cinta

Apa salah jika seorang anak mendambakan kasih sayang dari ibunya? Tak pernah dibenakku muncul untuk membenci, atau iri pada setiap anak yang mendambakan kasih dari ibunya. Pagi itu aku sedang menghabiskan liburanku yang membosankan. 
 “Kring…,” deringan telepon rumah berbunyi, ketika itu aku senantiasa duduk di depan komputerku untuk mencurahkan segala isi hatiku yang suram. Memang pada siapa lagi aku mencurahkan isi hatiku ini, selain pada buku harianku di komputer, karena selama ini, aku takut untuk berhadapan dengan dunia luar yang begitu kejam.
“Hallo, assalamualaikum!” sahutku
“Walaikumsalam, sayang ini mama! Kamu lagi ngapain? Gimana keadaan kakakmu sama cucu mama yang lucu itu? Ohya, uang yang bulan kemarin mama kirim masih ada kan, kalau gitu tolong dihemat-hemat ya,” tanya Ibuku dengan seperti biasa tidak menanyakan kabarku hari ini.
“Lagi ngerjain tugas, emangnya sekarang mama ada di mana? Kakak sama Kenza baik? Untuk uang. sepertinya habis …,” jawabku dengan malas.
“Habis …? Memang uang sisa kemarin kurang ya? Mama sekarang lagi ada di Malang, dengan papa baru kamu. Ya udah nanti minggu depan mama kirim lagi tapi kayaknya sedikit abisnya mama udah nggak punya uang lagi,” ujarnya.
“Kalau gitu nggak usah dipaksain, aku mau ngerjain tugas dulu ya!” ujarku dengan hati kesal.
Aktivitasku seperti biasa kujalani, dari mencuci pakaian, menyetrika, memasak dan membersihkan rumah tumpangan yang selama ini aku tempati. Ketika aku tengah asyik menjalani semua deritaku, tiba-tiba bunyi ringtones Stand 4 Love from Destiny’s Child  berdering. Terlihat di layar HP-ku ada sebuah message yang dikirimkan padaku. Setelah kubuka, ternyata ada sebuah SMS dari Miss Ranty yaitu guruku dan bertuliskan :
“Assalamualaik’ Hi, gmn kbrnya? Lbrn dmn skrg? Ibu skrg lg da di rmh lho ‘n rencananya qta mo pada liburan. Klo g kbratan, Vira mo ikut gabung ga ma kluarga ibu. Come on ibu tunggu? Blz.”
Tiba-tiba air mataku mengalir, aku terharu ada orang yang sangat memperhatikanku. Padahal dia adalah guruku sendiri. Orang tuaku di sekolah namun dengan senag hati mau menjadi pengganti ibu asliku. Dengan cepat aku membalasnya, tak enak kalu aku membiarkannya dulu. Mungkin ini adalah anugrah dari tuhan. Tuhan menjawab doaku dengan cara yang berbeda.
 “Walaikumsalam’, Duh, thankz bgt y Bu mo ngajak aq pergi! Kpn perginya? Klo gitu aq ikut deh! Cm aq mesti bilang dl ma ka2, pokonya klo jd ntar aq tlp ibu dech. See U later ….”
Pesan terkirim dan akupun harus minta izin dulu sama kakakku, untuk bisa pergi berlibur dengan Bu Ranty. Jika aku sampai pergi, sepertinya kebahagiaan akan menghampiriku. Terima kasih Tuhan, keajaiban yang selama ini aku tunggu, akhirnya bisa muncul dan menghampiriku. Semoga saja izinku untuk pergi nggak dilarang dan liburanku akan lancar seperti layaknya air mengalir.
            Sore menjelang malam, tapi aku belum berani untuk berbicara dengan kakak, karena selama ini hubunganku dengannya cukup jauh. Mengobrol dengannya pun jika ada perlu, dan kalau ternyata nggak ada perlu, aku nggak biasa untuk berbicara dan bercanda-canda dengan kakak laki-lakiku. Aku harus menunggu kakak untuk pergi menonton TV, karena biasanya saat seperti itulah saat-saat yang santai dan tenang bagi kakaku.
            Dengan langkah yang berat tanpa arah tujuan, aku berusaha untuk bisa mengatur kakiku agar bisa melangkah, dan mempunyai tujuan yang jelas. Aku pun memberanikan diri untuk pergi mendatangi kakaku dan berbicara kepadanya. Ketika itu kakaku tengah asyik menonton TV, dan akupun berusaha untuk memotong tontonan yang ia tonton dengan berbicara kepadanya.
“ Kak, boleh ganggu sebentar nggak?” tanyaku dengan gugup.
“Ada apa, kok serius amat?” Tanya kakakku.
“Gini, sekarang kan liburan dan tadi guruku telepon. Katanya beliau mau ngajak aku untuk pergi berlibur dengan keluarganya. Kalau kakak ngijinin, aku boleh ikut pergi nggak?” jelasku masih dengan keadaan gugup dan gelisah.
“Oh, mau liburan sama guru, ya silahkan!” jawab kakak dengan dinginnya.
Hatiku mulai reda, karena baru kali ini kakak mengijinkanku pergi. Akupun segera bergegas memasukkan semua barang yang diperlukan untuk berlibur dengan my mom. Kenapa aku panggil dia Mommy? karena aku merasakan kehadiran hati seorang ibu di dalam diri Bu Ranty. Aku nggak bisa menyayangi ibuku sekarang, karena aku nggak pernah mendapatkan sesuatu yang berharga dari ibuku sekarang. Mungkin Tuhan menakdirkan aku untuk melupakan ibuku, dan mulai membuka diriku untuk orang lain.
Keesokan harinya, aku segera merapikan pakaian dan barang-barang yang diperlukan untuk nanti. HP-ku kembali berdering dengan ringtonesnya My Humpz from Black Eye Peas. Akupun langsung mencari HP-ku, karena biasanya aku lupa menaruhnya dimana? Mungkin jika aku mencari sumber bunyinya aku akan menemukan HP-ku sekarang juga. Akhirnya HP-ku yang tertindih bantal tempat tidurku aku temukan. Kulihat nama Ibu Ranty memanggilku dan akupun bergegas untuk mengangkat telepon itu.
“Hallo, assalamualaikum! Bu Ranty, gimana jadi nggak?” tanyaku.
“Ya itu dia, Vira udah siap belum? Sekarang kamu musti bergegas nanti ibu jemput ke rumah kamu OK!” jawab Bu Ranty.
“Jam berapa ibu kesini?”
“Kira-kira ibu jemput jam 11.00 siang ya …!”
“OK, I’m waiting for you!” sahutku.
“OK … Bye see you later !”
Kututup telepon itu sambil membereskan semua pakaianku, tiba-tiba kakakku datang menghampiri.
“Vir, tadi mama sms, kamu mau ikut nggak pergi ke Malang sama mama dan papa baru kamu?” Tanya kakakku.
“Kapan?” tanyaku.
“Sekarang mama bakal ke sini, untuk jemput kamu dan mama lagi ada di perjalanan, kira-kira nyampe sini jam 11.00 siang,” Jawabnya.
“Kenapa mesti sekarang, kakak kan udah tahu kalau aku bakal liburan sama guruku sekarang,” Tegasku dengan hati yang bimbang.
“Pokoknya kamu mesti milih, mau ikut liburan sama guru apa sama mama, lagian kasihan kan mama udah jauh-jauh dari Malang cuma mau jemput kamu. Liburan sama guru kan bisa kapan aja, dan kalau sama mama itu paling penting, soalnya bakal ada papa tiri kamu yang baru.”
 (suara mobil memanggilku untuk membukakan pintu pagar rumah.
“Tuh, Lihat mama datang, pokoknya kamu musti ikut ke Malang, daripada di sini nggak ada yang ngejagain kamu,” Ujar kakak sambil mengintip dari sudut kaca jendela.
Langkahku semakin berat, rasanya aku nggak ingin bertemu dengan mama sekarang, apalagi di saat tegang seperti ini. Kebingungan mulai memancar di mukaku karena situasi yang mulai menyudutkanku.
“Hei sayang, mana kakakmu dan Kenza? Beresin dong rumahnya! kok berantakan gini, malu dong sama Papa?” pintanya padaku dengan wajah tanpa dosa.
“Mah, jam berapa dari Malang, mana Papa?” Tanya kakakku.
“Oh tadi jam 5 subuh, mana Kenza …?”
“Itu, lagi dimandiin!” sahutku.
“Ohya, Vir tolong bikinin kopi ya buat Papa, terus ini nih masakin telor buat makan, soalnya dari tadi Bapa belum makan,” Suruh mama padaku.
“Itu kan ada nasi goreng!” sahutku.
“Ini kan udah dingin, kasihan Papa masa dikasih nasi yang dingin,” Sambil membuka tudung saji yang ada di meja makan.
Rasanya ibuku nggak nyadar kalau beliau memperlakukan aku sebagai pembantu, yang siap disuruh-suruh seenaknya. Padahal aku belum persiapan untuk pergi berlibur dengan Bu Ranty. Aku nggak peduli Ibu mau ngajak aku ke Malang. Pokoknya aku nggak pernah bakal ikut Ibu karena aku tahu gimana rasanya di sana.
“Pa, ayo masuk?” Suruh kakakku.
“Vir, salam dong sama Bapa!” Pinta mama padaku.
Akhirnya kuberikan senyum sapaku pada ayah tiriku ini, sebenarnya tak ingin melakukannya. Tapi, ya sudahlah demi menghormati mamahku.
 “Vir, kamu mau ikut nggak ke Malang mumpung lagi liburan nih?” Tanya ayah tiriku.
“Iya, di sana enak lho, kamu sekalian ngebantuin mama masak, nyapu halaman, ngerawat bunga anggrek Bapa, ngepel, nyuci piring. Soalnya di sana nggak ada pembantu, jadi Vira bisa bantuin mama disana,” Sahut mama.
Ketika aku akan menjawab pertanyaan ayah tiri dan ibuku, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Ternyata Bu Ranty telah kunjung datang .
Suara bel berbunyi, dan akupun membukakan pintu untuk Bu Ranty.
“Assalamu’alaikum!” salam Bu Ranty.
“Siapa, Vir?” Tanya Ibuku.
“Bu Ranty, guru Vira.  Tadinya Vira nggak tahu kalau mama mau datang, jadi Vira berniat untuk pergi liburan sama Bu Ranty,” Ujarku sambil membukakan pintu.
“Walaikumsalam, “ salam balik keluargaku.
“Eh, rupanya sedang berkumpul, apa saya mengganggu?” sahut Bu Ranty.
“Oh, silahkan masuk! Ibu ada perlu apa ya?” Tanya sinis Ibuku.
“Boleh saya duduk?”
“Oh silahkan silahkan!” sahut ayah tiriku.
“Begini saya gurunya Vira, katanya Vira mengeluh kalau selama liburan dia nggak betah tinggal di rumah, jadi saya berencana untuk mengajak Vira untuk berlibur bersama saya. Ngomong-ngomong, Ibu baru datang dari Malang ya … ?” jelas Bu Ranty.
“Oh  jadi begitu! Tapi, Bu Vira sekarang nggak bisa ikut berlibur sama ibu, karena Vira mau ikut sama saya, lagian dia kan baru ketemu Ibunya sekarang,” Ungkap Ibuku dengan nada tinggi.
“Vir, bawain minum dong buat Ibu guru!” suruh kakakku.
“Nggak usah, lagian Ibu guru nggak akan lama kok, iya kan bu?” ujar ibuku.
“Ohya, terima kasih, nggak perlu repot-repot kok ….” sahut Bu Ranty.
 “Kok, mama gitu sich, Vira nggak mau ikut sama mama, lagian mama nggak pernah ngertiin perasaan Vira. Kenapa mama baru kali ini jemput Vira? kemana diri mama selama ini? Ke mana mama di saat Vira sedih? Dan ke mana mama di saat Vira butuh kasih sayang dari figur seorang ibu? Dan asal mama tahu aja, cuma Bu Ranty yang bisa ngertiin Vira, dan cuma Bu Ranty yang selalu nemenin Vira disaat suka dan duka …,” Bentakku pada ibu dengan deraian air mata. Aku malu dengan sikapIbuku.
“Vir, bukan maksud mama ninggalin Vira selama in,i tapi mama memang harus pergi dari segala masalah yang selalu menghantui mama selama ini,” Jelas ibuku.
“Alasan mama nggak jelas, mama harusnya ngerti kalau seorang anak hanya butuh kasih sayang dari seorang ibu, bukan perintah. Selama ini mama selalu perintah Vira atau nyuruh-nyuruh Vira kayak pembantu, emang Vira siapa? Mah, Vira ingin mama sadar kalau selama ini Vira selalu terbebani dengan semua masalah, mama seakan-akan lari dari masalah, dan mengalihkannya sama Vira.”
“Udah, Vir sebaiknya kamu ikut sama mama kamu, lagian liburan kan bisa kapan aja!” Bu Ranty menasehati.
“Nggak Bu, Vira cuma mau ikut sama ibu, maafin Vira Ma? Vira tahu Vira jahat banget sama mama, tapi Vira Cuma ingin mama ngerti kalau  Vira nggak ingin keadaan yang seperti ini. Lebih baik mama benahi kehidupan mama sendiri, sebelum mama membenahi kehidupan Vira. Mungkin kalau mama ingin Vira pulang, mama mesti turuti keinginan Vira dan mulailah berubah sikap.”
Tiba-tiba mama menangis dan bertekuk lutut di kakiku, aku yang tadinya marah dan bersikukuh keras membenci Ibupun langsung luluh. Aku segera mengangkat tubuh mamah. Kami tenggelam dalam nuansa haru biru, sementara Ibu Ranty pergi dengan tersenyum di bibir manisnya.



Satu Abad yang Lalu (Sebuah Tinjauan Historis)



What K.H. Ahmad Dahlan had done in 1912 is one of the innovation of education. His creative hand had successfully changed the education world.  Going back to one century ago can open our eyes and think about the next brilliant innovation.

Inovasi pendidikan merupakan suatu ide, gagasan, atau objek yang dirasa baru bagi seseorang atau sekelompok orang dalam bidang pendidikan. Contoh bidang dalam inovasi pendidikan yaitu managerial, teknologi, dan kurikulum. Aspek pokok yang mempengaruhi inovasi pendidikan antara lain struktur, prosedur, dan personal. Inovasi pendidikan dilatarbelakangi oleh modernisasi, yaitu perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Contoh inovasi pendidikan adalah perubahan kurikulum sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam benak masyarakat pada umumnya, inovasi pendidikan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dari era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Tentunya inovasi selalu berkaitan dengan masa kini dan masa depan. Inovasi pendidikan jarang dilirik ke belakang, sekedar mengingat kenangan-kenangan indah yang telah berlalu. Namun inovasi pendidikan bukanlah ilmu yang sempit yang hanya dapat ditinjau dari satu sisi zaman, inovasi pun memiliki dimensi historis yang tidak kalah menarik untuk dipelajari dan dapat berfungsi sebagai bahan pembelajaran untuk inovasi-inovasi baru yang akan muncul.
Pendidikan selalu bergerak dari masa ke masa, memiliki sejarah perkembangan tersendiri menuju ke arah perbaikan, itulah inovasi. Salah satu masa perkembangan inovasi pendidikan yang akan dipelajari dalam kajian ini adalah masa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia namun telah ada pergerakan-pergerakan menuju ke arah kemerdekaan, tepatnya pada awal abad ke-20 ketika seseorang bernama Ahmad Dahlan memadukan pendidikan agama dengan pendidikan modern.  
Tahun-tahun sebelum kemerdekaan merupakan masa-masa yang penuh kemelut, terutama di bidang pendidikan. Pendidikan formal seperti sekolah hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan, sementara kaum pribumi dibiarkan tidak mengenyam bangku sekolah agar bodoh.
Bermula dari zaman penjajahan Belanda pada periode sebelum tahun 1900 dimana tujuan pendidikan diarahkan pada kepentingan kolonial. Bangsa Indonesia dididik untuk menjadi buruh kasar, sebagian untuk menjadi tenaga administrasi, teknik, pertanian, dan lain-lain. Isi pendidikan memuat pengetahuan dan kecakapan yang dapat mempertahankan kekuasaan politik dan ekonomi penjajah. Pemerintah Belanda memerintah Indonesia melalui kaum aristocrat (bangsawan) bumiputera. Oleh karena itu, kesempatan pendidikan hanya diberikan pada kaum bangsawan semata. Sistem persekolahan pun didasarkan pada kelas sosial dan status. Sekolah yang diperuntukkan bagi golongan bumiputera menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar, sementara sekolah yang diperuntukkan bagi golongan bangsawan dan keturunan Eropa menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. 
Pada periode setelah tahun 1900, Belanda yang telah memperoleh keuntungan besar merasa memiliki hutang kehormatan kepada bangsa Indonesia. Maka lahirlah istilah Etische Politiek (Politik Etis) yang dicetuskan oleh Van Deventer dan terkenal dengan slogan Edukasi, Irigasi, serta Transmigrasi. Dalam dua decade pertama setelah tahun 1900, pemerintah Belanda mendirikan banyak sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa daerah dan bahasa Belanda. Di kalangan bumiputera sendiri timbul kesadaran bahwa pendidikan bagi seluruh rakyat sangat penting guna mengangkat derajat bangsa Indonesia. Muncullah beberapa tokoh pendidikan pada masa ini, seperti Moh. Syafei, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Ahmad Dahlan. Mereka menyadari bahwa dengan memberikan pendidikan pada seluruh rakyat, bangsa Indonesia dapat diselamatkan dari kehilangan kepribadian nasionalnya dan dapat meraih kemerdekaan yang selama ini dicita-citakan seluruh rakyat.
K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah organisasi bernama Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Berdirinya organisasi ini dilatarbelakangi oleh fenomena-fenomena praktek peribadatan Islam  yang berbaur dengan kepercayaan kuno (Hindu-Budha). Kyai Ahmad Dahlan juga ingin pelajaran agama diterapkan di sekolah-sekolah dimana pada masa tersebut sekolah bersifat sekuler (memisahkan agama dari sekolah). Paradigma masyarakat pada masa itu adalah bahwa pelajaran agama berbau mistik, kuno, dan kurang memperhatikan logika juga ke-higienis-an, sehingga bertentangan dengan pendidikan. Dengan pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif, K.H. Ahmad Dahlan berhasil menciptakan suasana yang menyenangkan dan metode yang menarik dalam pembelajaran agama, sehingga pelajaran agama pun dapat diterapkan di sekolah-sekolah. Paradigma masyarakat yang pada saat itu menganggap agama kuno berbalik seratus delapan puluh derajat dan beranggapan bahwa agama selalu sesuai dengan logika serta mengedepankan ke-higienis-an.
Asas pendidikan Muhammadiyah adalah Islam dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits. Tujuan pendidikannya adalah terwujudnya manusia Muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, serta berguna bagi masyarakat dan negara.        

Riwayat Kurikulum 2013

      
Kurikulum 2013 menyorot perhatian para pembuat kebijakan publik terutama tenaga pengajar yang menjadi salah satu instrumen dalam pelaksanaan kurikulum. Penelusuran terkait kurikulum 2013 di seluruh media memaparkan terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Pembuat kebijakan sangat berharap dari kurikulum 2013 agar siswa menjadi "student well-being worth life-living" sehingga perlu sistem kurikulum yang baru fokus terhadap pengembangan kemampuan, pembentukan watak, pembangunan peradaban bangsa yang martabat dan pencerdasan kehidupan bangsa sesuai dengan Pasal 3 UU Sisdiknas mengenai fungsi pendidikan nasional. Namun, yang harus kita lihat adalah bukan hanya saja harapan yang besar tetapi kita harus tahu bagaimana sistem ini akan cocok dilaksanakan di Indonesia. 
       Mengingat beberapa kasus terjadi baru-baru ini dimana Ujian Nasional SMA harus tertunda di beberapa daerah, kesalahan pula nampak pada redaksi kertas Ujian Nasional serta bentuk penyimpangan lain. Justru yang harus kita pikirkan saat ini bukan harus menjalani terus pembaharuan melainkan mencegah terjadinya kasus-kasus seperti ini. Buku paket 2013 untuk sejumlah siswa terkesan rancu pembuatannya karena dinilai tidak efektif dalam pemilihan bahasa kompetensi inti dan kompetensi dasar. Bagaimana guru dapat menafsirkannya? Sementara telah terjadi kekeliruan bahasa dan bisa saja terjadi multitafsir di antara guru-guru. 
      Sosialisasi yang seringkali dilaksanakan bukan hal yang bersifat praksis tetapi pemahaman diberikan hanya sebatas konsepsi dan filosofis. Artinya, untuk apalagi semua itu? "Kami hanya menginginkan sesuatu yang konkret. Pelaksanaannya seperti apa di tingkat SD, SMP, maupun SMA? Metode, media, sumber belajar, bahkan evaluasinya nanti akan seperti apa?" Sosialisasi yang dilakukan hendaknya masuk pada tahap lokakarya bukan hanya sebatas seminar saja. Guru-guru diajak untuk rembug nasional bagaimana memikirkan implementasi kurikulum 2013. Penyetaraan harus segera dilakukan, artinya jika pemerintah ingin segera kurikulum direalisasikan maka fakta yang harus terlaksana adalah pemahaman secara menyeluruh dalam tataran praksis, keterbukaan publik, dan jelas antara kesetaraan jenjang SD, SMP bahkan SMA.