Abstrak
Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu
ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai
keinginan untuk memiliki. Pacaran tujuannya untuk saling mengenal dan memahami
diantara dua individu yang berbeda, agar pada saat membina keluarga kelak,
mereka tidak merasa kaget lagi dengan apa yang menjadi sifat, karakter, atau
bahkan kebiasaan masing-masing. Namun, banyak perilaku menyimpang yang sering muncul di antaranya khalwat (berdua-duaan),
kissing (berciuman), hugging (berpelukan), petting (bercumbu), sex intercourse
(hubungan intim), dan masih banyak lagi. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) melakukan polling di kota
Bandung dan hasilnya adalah 44,8% mahasiswi dan juga remaja Kota Bandung sudah
pernah melakukan hubungan intim (seks). Dalam hal ini, perlu adanya pembinaan nilai-nilai agama yang komprehensif
sehingga setiap individu memiliki kontrol diri yang kuat untuk tidak melalukan
perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku
Kata Kunci : (pacaran,
perilaku menyimpang, kontrol diri)
Apa itu “pacaran”?
Pacaran ini biasanya mulai muncul pada masa
awal pubertas. Perubahan hormon dan fisik membuat kita mulai tertarik
pada lawan jenis. Proses "sayang-sayangan"
dua manusia lawan jenis itu merupakan proses mengenal dan memahami lawan
jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan
sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan
pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter
atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah
kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau)
berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau)
menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut adalah
berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah
ditetapkan bersama.
Kalau masa pacaran kita manfaatkan dengan baik dapat
menjadi ajang untuk melihat masalah yang potensial yang akan muncul dari
perbedaan diri kita dan do`i yang
berbeda latar belakang kehidupan sehingga nantinya kita dan do`i siap mengantisipasi kalo timbul
permasalahan yang tidak dikehendaki.
Kedewasaan kita dalam berpacaran bisa dilihat dari
kesiapan untuk bertanggung jawab. Ini dapat dilihat dari kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan peran, membagi waktu, perhatian, dan
tanggung jawab antara belajar, pekerjaan rumah, dan pacaran. Kesiapan untuk
berbagi dengan orang lain, menghadapi permasalahan pacaran, dan tetap bisa
mengendalikan diri dan memenuhi nilai-nilai yang dianut dalam berhubungan
dengan lawan jenis.
Tahapan
pacaran
1.
Tahap
ketertarikan.
Dalam tahap ini tantangannya ialah bagaimana mendapatkan
kesempatan untuk menyatakan ketertarikan dan menilai orang lain. Munculnya
ketertarikan kita sama doi, misalnya, karena penampilan fisik (do`i cakep/cantik, tinggi), kemampuan
(pintar), karakteristik atau sifat misalnya sabar, coolabis, dan lain-lain. Menurut para ahli, umumnya cowok pada pandangan pertama lebih tertarik pada
penampilan fisik. Sedangkan cewek lebih karena karakteristik atau kemampuan
yang dimiliki cowok.
2. Tahap ketidakpastian. Pada
masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik ke arah rasa tidak pasti.
Maksudnya, kita mulai bertanya-tanya apakah doi benar-benar tertarik sama kita
atau sebaliknya apakah kita benar-benar tertarik sama doi. Pada tahap ini kita
mendadak ragu apakah mau melanjutkan hubungan atau tidak. Kalau kita enggak
mampu memahami tahapan ini, kita akan mudah berpindah dari satu orang ke orang
lainnya.
3.
Tahap komitmen dan keterikatan. Pada tahap ini yang
timbul adalah keinginan kita kencan dengan seseorang secara eksklusif. Kita
menginginkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang
khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Kita juga ingin lebih rileks dan punya banyak waktu untuk dilewatkan
bersamanya. Seluruh energi digunakan untuk menciptakan saling cinta dan
hubungan yang harmonis.
4. Tahap keintiman.
Dalam tahap ini mulai dirasakan keintiman yang sebenarnya,
merasa lebih rileks untuk berbagi lebih mendalam dibandingkan dengan masa
sebelumnya dalam hal emosional, misalnya kepribadian
kita dengan pasangan, kepribadian pasangan dengan kita, apakah
bisa menyatu, bisa saling mengerti dan mengisi satu dengan yang lainnya, dan
merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri kita. Tantangannya
adalah menghadapi sisi yang kurang baik dari diri kita. Tanpa pemahaman yang
baik bahwa setiap pasangan mempunyai reaksi
yang berbeda terhadap keintiman, kita akan mudah mengambil kesimpulan yang
salah bahwa terlalu banyak perbedaan antara kita dan do`i untuk melanjutkan
hubungan.
Manfaat Pacaran
perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah menjalin hubungan
yang lebih matang dengan lawan jenis. Remaja diharapkan tidak lagi berperilaku
seperti anak kecil. Contoh, kalau tidak sengaja tersentuh lawan jenis, langsung
marah-marah dan membersihkan bekas sentuhan itu. Ada banyak alasan yang
menyebabkan remaja akhirnya memutuskan untuk pacaran. Tapi sering kali alasan-alasan itu demi
memuaskan kebutuhan pribadi. Seperti,
untuk teman curhat, gaul, atau supaya ada yang memperhatikan. Melalui ajang pacaran, remaja bisa mengasah
kemampuan bersosialisasi. Remaja jadi tahu bahwa jujur pada pasangan itu penting.
Hubungan kasih sayang juga semakin terjaga saat saling memberi saran dan bukan
menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik sama pacar pun
bermanfaat buat melanggengkan hubungan.
Lebih jauh lagi, melalui pacaran remaja
bisa belajar menolerir perbedaan pendapat. Semua ilmu yang berhasil dipetik
dari masa pacaran itu sangat berguna. Terutama buat bekal memasuki dunia
pernikahan agar mereka tidak merasa kaget
lagi dengan apa yang menjadi sifat, karakter, atau bahkan kebiasaan
masing-masing. Tidak heran, banyak
di antara remaja yang memperbanyak koleksi mantan pacar supaya memperdalam ilmu pacaran.
Keinginan untuk pacaran sebenarnya wajar dialami. Salah satu
tugas
Pacaran, cinta, dan seks
Berpacaran tidak selalu
berarti seks. Cinta yang muncul dalam hubungan seks di luar nikah sifatnya
semu. Mengandalkan hubungan pada hal yang sifatnya semu tentu saja sangatlah
lemah.
Pacaran yang berorientasi pada seks akan mengganggu proses
adaptasi karena dalam kancah seks semuanya tampak bagus. Kedua pihak sama-sama memelihara
yang manis-manis dan indah.
Secara faktual, pria lebih gampang tancap gas dan telat nginjak
rem, sedangkan wanita biasanya masih dalam kondisi sadar saat cowoknya sudah
lupa daratan. Inilah sebetulnya saat yang tepat untuk menginjak rem kuat-kuat.
Pengendalian diri dalam hal ini sering kali gagal. Oleh karena itu, lingkungan
harus diciptakan agar rem tidak telat diinjak.
Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, antara lain: berdua
saja di tempat yang jauh dari keramaian, tertutup, bebas gangguan, atau gelap.
Di tempat seperti ini iman sering kali melemah, moral dan akal sehat tak
berfungsi.
Perilaku Pacaran
Stenberg menjelaskan
bahwa komponen terpenting dalam cinta di antaranya adalah gairah dan keintiman.
Oleh karena itu, dalam hubungan pacaran dua sejoli seringkali melakukan
perbuatan yang menjurus pada perzinaan, bahkan perzinaan itu sendiri. Perilaku
yang sering muncul di antaranya khalwat (berdua-duaan), kissing (berciuman),
hugging (berpelukan), petting (bercumbu), sex intercourse (hubungan intim), dan
masih banyak lagi.
Perzinaan sudah menjadi
hal yang identik dan biasa dilakukan dalam pacaran. Kru DETEKSI (Jawa Pos) pada bulan Mei 2003 melakukan survey untuk
mengungkap kehidupan seks dan kaum muda pada umumnya. Survey ini dilakukan di
Jakarta dan Surabaya dengan sampel pelajar SMU dan mahasiswa. Jumlah responden
sebanyak 1522 orang. Di antara hasilnya menunjukkan bahwa hubungan seksual
lebih banyak dilakukan responden dengan pacarnya.
Pernah Hubungan Seks Dengan
|
Persentase
|
Pacar
|
73,4%
|
Teman
|
15,1%
|
PSK
|
8,5%
|
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia (Sahara Indonesia) melakukan polling di kota Bandung dan hasilnya adalah 44,8% mahasiswi dan
juga remaja Kota Bandung sudah pernah melakukan hubungan intim (seks).
Dari 1.000 orang
mahasiswa dan polling yang dilakukan oleh LSM Sahara Indonesia dari tahun 2000
sampai 2002, diketahui bahwa tempat yang paling sering mereka melakukan
hubungan intim di rumah tempat kos (51,5 %), kemudian menyusul dirumah-rumah
pribadi (sekitar 30 %), ada juga di rumah sang wanita (27,3 persen), kemudian
di hotel atau wisma (11,2 persen), di taman luas (2,5 persen), ditempat
rekreasi dan bersantai (2,4 persen), seks di ruangan kelas di kampus Bandung
(1,3 persen), ada di dalam mobil goyang (0,4 persen) dan lain-lain tidak
diketahui (0,7 %). Biasanya para mahasiswi itu memasukkan pacar ke kamarnya
pagi hari dan keluar sekitar jam 9 malam agar tidak diketahui masyarakat sekitar
atau pemilik rumah kos.
Yuni Astuti, Alumnus
Fisipol UGM, mengadakan riset tentang perilaku pacaran pada remaja mulai dari
membangun komitmen bersama sampai pada aktivitas pacaran mereka. Riset kualitatif
dengan informan 11 orang ini dilakukan pada pertengahan 2005. Dalam riset ini ditemukan,
sebagian besar proses pacaran pada remaja mengarah pada perilaku seksual. Dari sekadar
berpegangan tangan, di awal proses pacaran, selanjutnya lebih dari itu. Pada
riset ini diperoleh bahwa ciuman adalah hal lumrah untuk menyatakan rasa cinta
kepada pasangannya. Penelitian yang dilakukan pada 200 orang mahasiswa
Universitas Indonesia di Jakarta menunjukkan bahwa 36,2 % dari mahasiswa yang
melakukan perilaku-perilaku seksual adalah karena ungkapan sayang, rasa
memiliki, keakraban, dan perhatian (Kompas, 26 Mei 1996, dalam Cuan, 1999).
Dampak pacaran
Bagi kita, pacaran memiliki dampak positif maupun negatif:
1.
Prestasi sekolah.
Pacaran bisa menurunkan atau meningkatkan prestasi
belajar kita. Prestasi meningkat biasanya karena semangat belajar yang naik
akibat ada pacar yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian atau karena
ingin membuktikan kepada orangtua bahwa meskipun kita pacaran prestasi belajar
kita tidak terganggu. Prestasi belajar bisa menurun jika ada
permasalahan yang cukup berat hingga mengganggu konsentrasi dan gairah untuk
belajar atau lebih senang menghabiskan waktu bersama sang pacar daripada
belajar.
2.
Pergaulan
sosial. Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan
sosial sekitar bisa menjadi meluas atau menyempit. Pergaulan menjadi sempit kalau kita lebih banyak menghabiskan waktu hanya berdua, enggak gaul
lagi dengan teman lain. Makin lama biasanya kita menjadi sangat bergantung pada
pacar kita atau sebaliknya dan tidak memiliki pilihan interaksi sosial lainnya.
Hubungan dengan keluarga pun biasanya menjadi renggang karena waktu luang lebih
banyak dihabiskan dengan pacar.
3.
Bisa
stress. Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus yang
semula diduga karena memang ada perbedaan karakteristik, latar belakang, serta
perbedaan keinginan dan kebutuhan. Hal itu menyebabkan
banyak sekali terjadi masalah dalam hubungan. Biasanya hal itu akan menguras
energi dan emosi serta menimbulkan stres hingga dapat mengganggu kehidupan
sehari-hari.
4.
Berkembang
perilaku baru. Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku
yang positif atau sebaliknya muncul perilaku negatif. Pacaran bisa membantu
orang mengembangkan perilaku yang positif kalau interaksi yang terbentuk
bersifat positif, sedangkan interaksi yang kurang mendukung tentu saja lebih
memungkinkan terbentuknya perilaku negatif.
Misalnya, pacaran dengan orang yang jago motret. Maka, bukan
tidak mungkin kita akan tertular barang sedikit. Atau pacaran dengan orang yang
sangat peduli sama orang lain dan penolong, maka kita yang tadinya cuek bisa
saja tertular. Begitu pula pada kelakuan yang negatif.
Alasan lain
yang membuat remaja gampang cari pacar baru adalah kecenderungan playful saat
pacaran. Remaja belum mau berkomitmen serius dan menganggap pacaran cuma untuk
main-main belaka. Ini berakibat, ketika salah satu pasangan terlihat serius,
pasangan yang tidak siap, langsung pergi. Maka, tinggallah si pasangan yang
jengkel karena ditinggalkan. Ada pula alasan klasik yang sering dipakai untuk
mengakhiri hubungan: Tidak cocok sama pasangan. Jalur memutuskan hubungan
memang yang paling gampang diambil. Tapi, cara ini justru mengesankan kita sebagai
sosok egois yang malas cari solusi. Lebih baik, mencoba suatu solusi dulu
sebelum ambil langkah putus. Selain itu, ada efek buruk lain. Efek ini jadi
alasan yang kerap menjadikan orang tua melarang remaja berpacaran, yaitu
terjerumus seks bebas. Kemungkinan terjerumus juga makin besar karena remaja
dipengaruhi gejolak hormon seksual. Keberadaan pacar di samping kita dijadikan
kesempatan untuk eksplorasi seksual. Tanpa disadari, keintiman fisik antara
remaja berlawanan jenis semakin meningkat dan meningkat. Padahal, belum tentu
mereka siap menghadapi konsekuensinya. Seperti, hamil di luar nikah atau
ketularan penyakit kelamin. Berbagai alasan di atas semakin memperjelas kalau
ada orang-orang yang belum
mampu belajar dari pengalaman berpacaran. Ada orang-orang yang terlalu terkonsentrasi
pada keinginan pribadi. Mereka lebih mementingkan kepuasan diri daripada
berusaha memperbaiki kualitas hubungan pacaran. Akibatnya, hubungan sering
kandas dan mereka sulit berkembang jadi individu yang lebih bijaksana (Mulamawitri, 2003).
Pacaran
yang sehat dan bertanggung jawab
1. Saling
terbuka, mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau berterus
terang dengan perasan kita terhadap tingkah laku pacar. Siap
nerima kritik dan kompromi.
2. Menerima
pacar apa adanya yang dilandasi oleh perasaan sayang. Tidak menuntut sesuatu
yang berada di luar kemampuannya.
3. Saling
menyesuaikan. Kalau dalam proses ini terlalu sering ribut, maka perlu
mempertimbangkan kemungkinan berpisah.
4. Tidak
melibatkan aktivitas seksual karena dapat mengaburkan proses saling mengenal
dan memahami satu sama lain.
5. Mutual dependensi, masing-masing merasakan
adanya saling ketergantungan satu sama lain. Oleh karena itu, diharapkan kita
dan pacar mampu melengkapi kekurangan, sedangkan kelebihan yang dimiliki
diharapkan mampu menutupi kekurangan pasangan.
6. Mutual
respect, saling menghargai satu sama lain dalam posisi yang setara.
Pacaran Dalam Pandangan Islam
Jika
seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk
menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu
tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah, sebagaimana dalam
firman-Nya berikut: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21) Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik
pada laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta.
Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga.
Seperti halnya hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki
rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan
cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena
tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang
tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri. Di
antara batasan-batasan tersebut ialah:
1. Tidak melakukan
perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina.
Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina:
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan
perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara
perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi,
bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya.
Rasulullah SAW bersabda,
"Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba
perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). "
3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya.
Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk
berdua-duan. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang
tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)
4. Harus menjaga mata atau pandangan.
Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman,
"Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan
(dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka.....Dan katakanlah kepada kaum
wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga
kehormatan mereka..." (QS. An-Nur: 30-31). Yang dimaksudkan menundukkan
pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan pandangan begitu saja
apalagi memandangi lawan jenis penuh dengan gelora nafsu.
5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya.
Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang
mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai
"make up" dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para
Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya.
Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa
lagi masuk surga).
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh. Tetapi
persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandangan, berpegangan,
bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau mungkin silakan berpacaran,
tetapi kalau tidak mungkin maka jangan sekali-kali berpacaran karena azab yang
pedih siap menanti Anda.
Optimalisasi terhadap Pacaran
Dalam rangka membentuk pribadi remaja dalam
menjauhi hal-hal negatif dalam pacaran perlu adanya pembinaan nilai-nilai agama
yang komprehensif sehingga setiap individu memiliki kontrol diri yang kuat
untuk tidak melalukan perbuatan yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan perlu
adanya pengawasan dan perhatian berbagai pihak yang melingkupi kehidupan remaja
itu (kalau istilah kerennya mah harus ada control individual dan control
sosial).
Adanya kecenderungan saling mencintai lawan
jenis adalah wajar dan normal, tetapi apabila dilampiaskan dengan cara yang
salah, inilah yang tidak normal. Normal dan wajar, karena manusia memang
mempunyai naluri untuk mempertahankan kelestarian jenis (gharizah nawu’) yang
salah satu perwujudannya adalah keinginan untuk melakukan hubungan lawan jenis.
Sedangkan yang namanya naluri, jika tidak dipuaskan dapat menimbulkan
kegoncangan jiwa dan kegelisahan. Hanya saja, kegelisahan ini akan sirna jika
rangsangan yang membangkitkan naluri ini hilang. Untuk itulah, Islam telah
memberikan solusi terhadap masalah tersebut, terutama bagi laki-laki dan wanita
yang belum menikah, agar selamat dari kemaksiatan.
Firman Allah Swt: “Dan di antara manusia
ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat
cinta kepada Allah.”(QS Al-Baqarah 165).
Jadi cinta sejati kita adalah cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya. Kekasih sejati kita adalah jelas Allah dan Rasul-Nya dan
ingat ketika kita benar-benar bertakwa kepada Allah maka Allah akan membalasnya
sesuai dengan perbuatanmu (Surga) termasuk akan disediakan Bidadari yang sangat
cantik dari surga bagi orang-orang yang beriman.Bagi kamu yang belum terjun ke
dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam
pergaulan bebas ini. Pelajari
Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan
anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan
berbahaya itu.
Solusi masalah ini sebetulnya tidak hanya
ditujukan kepada individu–individu, tapi juga ditujukan kepada masyarakat dan
pihak penguasa. Sehingga
solusi ini perlu dilakukan dari tiga sisi. Pertama, dari sisi ketaqwaan
individu, kedua, kontrol sosial dari lingkungan masyarakat, dan yang ketiga,
dari pihak penguasa/penentu kebijaksanaan. Namun, menurut Ust Muhammad Romli paling tidak ada ada dua hal yang dapat
dilaksanakan :
1. Tindakan preventif dan pembentengan
a. Setiap individu berusaha meningkatkan
ketaqwaan dan keimanannya serta harus terikat dengan aturan-aturan pergaulan
Islami demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (lihat QS Al-Hasyr 7).
b. Menjauhkan diri dari
rangsangan-rangsangan yang menimbulkan gejolak seksual, seperti mendengarkan
lagu-lagu porno, membaca buku-buku porno/novel bernada cinta dan pergaulan
bebas, menonton film hot (Porno), berkhayal yang bukan- bukan, dsb.
c. Bagi yang belum mampu menikah,
perbanyaklah shaum/puasa (lihat HR. Bukhari-Muslim)
d. Secara individual menambah beban aktifitas yang bermanfaat.
“Nafsu itu seperti keledai yang binal.” kata Imam Ghazali, “apabila diberi
beban yang berat niscaya jinak juga.”
e. Memenuhi hidup yang Islami. Masyarakat dan
penguasa bersama-sama sekuat tenaga menghilangkan segala sesuatu yang merupakan
perangsang gejolak seksual, seperti tayangan-tayangan porno, film-film porno,
dan busana-busana porno.
2. Menikah
Satu-satunya cara untuk memuaskan nafsu syahwat yang
benar menurut Islam adalah nikah. Bukan berzina (dengan WTS atau pacar
misalnya: kumpul kebo, pacaran, free sex, homo/lesbi, ataupun nikah mut’ah/kawin
kontrak), karena semuanya itu haram hukumnya menurut Islam.
Banyak sekali hadits dan ayat Al Qur’an yang menganjurkan
pernikahan. Satu diantaranya:
“Wahai sekalian pemuda, barang siapa yang mempunyai bekal
untuk menikah, nikahlah, karena sesungguhnya menikah itu dapat memejamkan mata
dan memelihara kemaluan. Dan barang
siapa yang belum mampu, maka berpuasalah, karena berpuasa itu merupakan benteng
baginya”(HR Bukhari–Muslim).
“Hai pemuda-pemuda, barang siapa yang mampu diantara kamu
serta berkeinginan hendak nikah, hendaklah dia nikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu akan memejamkan mata
terrhadap oang yang tidak halal dilihatnya, dan akan memeliharanya dari godaan
syahwat. Dan barangsiapa yang tidak mampu nikah hendaklah dia berpuasa, karena
dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan akan berkurang.”(Riwayat jama’ah
ahli hadits).
Biasanya, sebelum nikah terlebih dahulu ada khitbah. Menurut
syekh sayyid sabid. “khitbah itu merupakan permintaan seorang laki-laki untuk
menikahi seorang wanita dengan cara yang dikenal di tengah masyarakat.” (lihat
Fiqih As Sunnah). Laki-laki yang mengkhitbah seorang wanita menunjukkan adanya
kesungguhan untuk menikahi wanita tersebut. Permintaan ini di tujukannya kepada
wali si wanita. Jadi, diketahui apabila ia menyerahkan keputusannya kepada
walinya. Atau
wali si wanita setelah ia meminta persetujuan si wanita tersebut.
Allah mensyari’atkan khitbah sebelum di langsungkan akad
nikah agar keduanya saling mengenal dan memulai rumah tangga dengan yakin akan
keadaan masing-masing (lihat Fiqih As Sunnah).
Jadi, pada masa khitbah inilah tempat untuk saling memahami
karakteristik masing-masing. Satu hal yang penting diingat, walaupun sudah
khitbah, aturan-aturan pergaulan harus tetap dilaksanakan. Rentang waktu dari
khitbah sampai menikah tidak ditetapkan secara tegas dalam Al qur’an dan
sunnah, tetapi sebaiknya secepat mungkin. Dengan dua konsep Islam di atas, insya Allah naluri mempertahankan jenis
keturunan yang salah satu perwujudannya adalah keinginan terhadap lawan jenis
dapat kita tundukkan atau kita salurkan sesuai dangan saluran yang telah
dihalalkan oleh Allah SWT,
Referensi
Tersimpan dalam :
[online] http://cintastrawberry.890m.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id
[online] http://cintastrawberry.890m.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id
Chaplin, J.P., 2005. Kamus Lengkap
Psikologi terjemah: Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press.
Santrock, J.W. 2002. Life Span
Development terjemah Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta: Erlangga
Santrock, John W. 2003. Adolescence terjemah:
Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi
Wanita I. Bandung: Mandar Maju
Faturrochman, 2006. Pengantar
Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Qayyim, Ibnu. 2007. Taman Orang-Orang
Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Jakarta: Darul